Desa Trunyan, Pemakaman Unik di Bali

Lokasi: Maps

Akses Menuju Desa Trunyan

Dari arah Denpasar kalian bisa mengambil arah kintamani kemudian bisa memilih opsi lewat jalur darat atau menyebrangi danau dengan perahu. Kalau jalur darat memang agak lama, tapi kalau perahu bisa lebih cepat. Biaya menyewa perahu nelayan dari Desa Kedisan menuju Desa Trunyan ini 200.000 IDR (harga ini per 2016, dengan penawaran yang maksimal tentunya) untuk satu perahu bisa memuat 8-10 orang tergantung ukuran orangnya lhuw ya, kalau berbobot tebal alias agak gemuk kemungkinan ya 7 orang biar aman hehe…Waktu tempuh menyusuri danau batur ini membutuhkan 30 menit untuk sampai di dermaga trunyan.

Desa Trunyan

Sampai di gerbang Desa Trunyan, tulisan selamat datang pun kami baca dengan seksama, mulai deh aura horor di pikiran muncul begitu saja. Awal perjalanan, memang penasaran dari berita di TV atau share di media sosial dan kepengen ada bukti nyata. Menyusuri danau batur dengan perahu nelayan ini sangat menarik bagi saya, karena kita bisa melihat pemandangan yang menakjubkan kelas satu kalau saya bilang, deretan pegunungan dengan danau yang terhampar luas bisa memanjakan mata kamu dengan sesuatu yang fresh sebelum jantung dibuat deg deg an dengan kehororan pemakaman di desa trunyan ini. Wisatawan yang berkunjung disini wajib bersedekah secara sukarela gak ada patokan berapa tujuannya untuk membantu perawatan lokasi ini agar tetap berkembang.

Pohon tinggi besar yang lumayan lebat dengan dedaunan ini kata pemandu kami namanya Taru Menyan yang berarti “taru: pohon, “menyan”: harum, sebenarnya pohon inilah yang menurut kepercayaan masyarakat setempat menyerap bau busuk jenazah sekitar area ini. Pemakaman di Bali yang biasanya kita lihat di Bali adalah ngaben namun di Desa ini jenazah yang sudah meninggal cukup diletakkan di atas tanah. Pemandu saya juga mengatakan maksimal peletekan jenazah ini sekitar 11 jenazah, syaratnya tambahan juga ada yaitu orang yang sudah menikah dan meninggal secara wajar. Jenazah itu diletakkan di sangkar bambu atau mirip sebuah anyaman berbentuk segitiga dan memang dibiarkan membusuk kata pemandu tadi nama istilah ini adalah “mepesah”. Penjelasan untuk cara pemakaman jenazah di desa trunyan ini dibagi menjadi 3 jenis kuburan:

1.Sema Wayah: kuburan ini diperuntukkan orang dewasa yang ditutup kain puti mirip kain kafan kemudian ditempatkan didekat pohon taru menyan yang besar dan lebat tadi, lokasinya dekat dengan dermaga.

2.Sema Batas: Kuburan diperuntukkan untuk orang yang meninggal tidak wajar, seperti kecelakaan, korban pembunuhan, korban perampokan, bunuh diri dll, lokasinya di dekat pusat desa trunyan.

3.Sema Muda : Kuburan ini diperuntukkan bagi masyarakat yang umurnya masih bayi/anak kecil, bisa juga untuk warga yang belum menikah.

Pohon Taru Menyan yang berbau harum inilah yang memiliki akar akar yang menjulur ke berbagai permukaan tanah, bau mayat disini bisa tidak tercium sama sekali, barisan tengkorak juga banyak disini, berjejer rapi seolah olah berbaris rapi, tulang manusia juga berserakan disini. Bagi jenazah yang sudah menjadi tengkorak, maka tulangnya dipisah dikumpulkan ke tempat yang lainnya, agar space ini diperuntukkan untuk jenazah baru. Siap uji nyali gak kalian, yuk kesana buktikan sendiri gimana uniknya desa trunyan ini. Pertanyaan saya telah terjawab kemudian saya melanjutkan perjalanan ke lokasi lain.

Selamat liburan ! Follow instagram: earthrossy

 

Toya Devasya

Desa Pinggan,Spot Sunrise dan Kabut Penuh Cinta di Bali

Perjalanan kali ini agak menantang kemalasan saya, mengapa? Harus bangun pagi sekitar jam 3 pagi untuk menikmati sunrise (matahari terbit) dengan sensasi yang berbeda di Desa Pinggan, Kintamani, Bali. Ada dua pilihan untuk menikmati sunrise di Desa Pinggan ini, yaitu dengan cara menginap di homestay atau hotel dekat desa pinggan atau misal kalian penginapannya berada di denpasar atau kuta bisa bangun pagi untuk menempuh perjalanan. Perjalanan dari Denpasar menuju lokasi ini paling tidak 2.5 jam. Rute yang bisa kita lalui menuju desa pinggan ini bisa melewati jalan payangan, lalu ada patokan Pura Dalem Balingkang, pasti nanti ada petunjuk arah di sekitar area spot sunrise ini.Kalau yang menginap di area sekitar sini bisa bangun jam 4 pagi atau jam 5 pagi membawa seduhan teh atau kopi, jaket tebal biar gak kedinginan.

Menikmati sunrise di Desa Pinggan ini ternyata tidak perlu mendaki lebih tinggi seperti spot yang lain. Ketinggian di bukit ini bisa menyaksikan pemandangan desa yang tertutup awan dan kabut ketika pagi hari, diatasnya terdapat gunung yang menambah cantiknya spot lokasi ini. Lembah Gunung Batur ini menurut saya sangat cantik, sebelum menuju lokasi spot desa pinggan ini tadi, saya sempat kesasar ke desa sebelah, hutannya sangat gotic dan cakep kalau buat foto seperti Twilight vampir vampir. Kalau kalian bingung jam berapa sunrise akan muncul bisa klik disini, setiap hari akan update pergerakan matahari dari terbit hingga terbenam, tampil di website ini.

Oh ya guys, for your info, jika spot wisata ini sepi terkadang gratis gak perlu membayar, tetapi terkadang ada pula teman saya yang datang kesini waktu itu hanya dikenakan baiaya 5-10 ribu untuk biaya tiket. Pemandangan dibawah sangat indah, udara juga segar menyelimuti desa pinggan ini, dari kejauhan nampak aktivitas penambang pasir dibawah sudah mulai bekerja. Suara pagi hari di Desa Pinggan ini juga sangat cantik, burung-burung terbang dan bersuara seolah olah memanggil matahari untuk segera terbit.

                      Pemandangan cantik Desa Pinggan

Beberapa photographer juga memakai spot ini untuk menambah skill mereka dan banyak juga untuk menjadikan tempat ini sebagai lokasi Prewedding.Udara pagi hari yang dingin merasuk sampai tulang rusuk, waktu itu saya melihat di aplikasi handphone tertera 15-18 derajad celcius. Waktu yang pas untuk menikmati matahari terbit ini sekitar jam 6, so buat kamu yang males bangun pagi harus pasang alarm 3 kali, jika alarm pertama mati bisa pakai alarm kedua, alarm kedua mati pakai alarm ketiga dan usahakan jam 5 sudah sampai lokasi desa pinggan ini, siapa tau kalian kesasar, mataharinya sudah tinggi, sayang banget kan.

Saya mencoba melakukan beberapa pose untuk berfoto dan mencoba minta bantuan pengunjung lainnya pada saat itu,karena saya melakukan perjalanan sendiri ke desa pinggan ini, alias solo travel. Sesekali saya mengobrol dengan para pengunjung, ada yang datang dari Jogja, asli bali, bahkan ada pengunjung dari Kalimantan datang kesini karena penasaran dengan foto yang cantik lewat media sosial instagram. Membawa kopi dengan cemilan adalah menu yang pas untuk menikmati sunrise di bukit ini, karena di lokasi ini tidak ada yang jualan, jadi kebayang kan kalau udara dingin perut laper, bisa baper. hahaha

Saya memutuskan untuk explore desa pinggan ini, ternyata sebagian besar penduduk bekerja sebagai pedagang, petani sayur dan beberapa menjadi penambang pasir.Udara sejuk di Desa ini menggugah saya untuk riding mencoba jalan track yang rusak menuruni perkampungan yang saya lihat di atas tadi, hati hati bagi kalian yang gak jago naik motor bisa nyungsep, Jalannya menurun membentuk sudut 60 derajat dan aspal yang mengelupas dengan lebatr memacu adrenalin saya untuk olahraga offroad tapi kali ini saya pakai motor matic hahaha, seru juga bikin otot tangan capek nahan rem. Sampai di bawah, kebun sayur tersebar sejauh mata saya memandang, hijau dan siap untuk dipetik. Saya beberapa kali ini, memotret petani sayur yang sedang mengolah ladang garapannya, mereka tersenyum ramah kepada saya. Waktu itu saya langsung berlalu dan mencoba menyusuri desa dengan jalan yang parah rusaknya, ternyata jalan ini nantinya tembus ke Tulamben. Cihiy, saya akan mengulas tulamben di blog berikutnya.

Ternyata di perjalanan saya menemukan spot yang tak kalah cantiknya dengan Desa Pinggan tadi, tepat di bukit seberang Desa Pinggan menuju Tulamben saya menemukan pemandangan yang begitu luar bisa, danau dengan kabut tipis diatsnya dengan ladang penduduk di sekitar danau, dipadukan dengan pepohonan rindang hijau yang unik.Tapi sayang sekali spot ini tidak saya foto, karena saya harus mengejar waktu ke tulamben. So buat kamu yang ingin menikmati sunrise tapi kepengen spot yang tidak harus hiking atau pemandangan datar dari pantai, Desa pinggan ini menjadi pilihan kamu, cheers!

Follow instagram :earthrossy

 

Lokasi: Desa Pinggan, Kintamani , Bali

Waktu Tempuh : 2.5 jam dari Denpasar

Waktu Terbaik berwisata: 06.00- 10.00 WITA

Tiket : Gratis